This is Header Alert

Artikel

FAEDAH SAJAK ‘PERTAMA’ DI BULAN DZULHIJJAH

Dr. Ahmad Afif 3 Juni 2025
Bagikan ke

Sajak ‘pertama’ dalam setiap fenomena akan menentukan kadar tujuan. Bisa dibayangkan bahwa Neil Armstrong tidak akan setenar sekarang, jikalau tidak menjadi manusia pertama yang menginjakkan kaki di bulan. Bangsa Sumeria di tahun 3500 tidak akan banyak ditulis dalam sejarah, jikalau tidak menjadi pertama kalinya menemukan konsep roda. Bangsa Mesopotamia (3500 SM) tidak bertengger di Wikipedia, jikalau bukan merupakan bangsa pencetus peradaban bumi sejak pertama kali.

              Begitu juga penemuan pertama kalinya perkara kecil ataupun sepele ; apabila menjadi ‘pertama,’ maka juga akan dijadikan fokus perhatian seluruh kalangan. Kota Alexandria di Mesir menjadi setenar sekarang dikarenakan satu penemuan sepele berupa ‘alat pemeras buah/minyak zaitun’. Made in Cina ternyata bukan hanya terstempel di seluruh jenis barang kehidupan manusia – termasuk produsen tasbih, sajadah, dan perangkat ibadah lainnya—namun juga telah menjadi penemu kertas pada 2000 tahun yang lalu. Porselen juga ditemukan pertama kali oleh bangsa Cina. Sejak turun temurun, Porselen menjadi cita rasa seni peradaban Cina. Lantas, bagaimana tentang sajak ‘pertama’ di bulan Dzulhijjah – meskipun menjadi bulan terakhir di kalender Hijriah ?

              Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah waktu yang sangat istimewa untuk memperbanyak amal ibadah. Melaksanakan 7 ibadah utama seperti puasa sunnah, takbir, haji, doa, sedekah, shalat sunnah, dan menjaga silaturahim akan mendatangkan pahala berlipat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

روى البخاري رحمه الله عن ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام – يعني أيام العشر – قالوا : يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله ؟ قال ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ثم لم يرجع من ذلك بشيء

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, rahimahullah, dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun“.

              Jiwa dan harta yang dipersembahkan oleh seorang Muslim belumlah cukup dilakukan dibandingkan mengisi 10 hari PERTAMA bulan Dzulhijjah. Saking mulianya hari tersebut, sampai-sampai ada ibadah yang tidak bisa dilaksanakan di sembarang tempat, waktu, dan orang yaitu ; Haji. Ibadah jenis ini hanya bisa dilaksanakan di bulan Dzulhijjah karena memiliki rukun haji berupa wukuf di Arafah. Puncak haji berupa wukuf ini hanya berada di tanggal 9 Dzulhijjah. Rukun Haji bersifat mutlak untuk dikerjakan. Berbeda halnya dengan wajib Haji yang dapat diganti dengan membayar Dam/denda apabila meninggalkan/melanggarnya.

              Selain itu, 10 hari ‘pertama’ bulan Dzulhijjah sangat dianjurkan diisi dengan berpuasa. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر

Artinya: Rasulullah saw berkata,” Tiada ada hari lain yang disukai Allah swt untuk beribadah seperti sepuluh hari ini” (HR At-Tirmidzi).

Ibnu Majah memberi judul bab hadis di atas dengan “shiyamul ‘asyr (puasa sepuluh hari)”. Pentingnya mengisi bulan tersebut dengan berpuasa tidak kalah pentingnya dengan puasa sunnah pada bulan lain seperti; rajab, syaban, dan lainnya. Tentu saja, tahlil, tahmid, dan takbir menjadi anjuran isian ibadah di hari ‘pertama’ bulan Dzulhijjah ini. Tidak menutup kemungkinan amalan lain juga mempunyai fadhilah (keistimewaan) yang setara dengan amalan yang telah disebutkan tadi.

Ternyata, sajak ‘pertama’ juga seperti cinta pertama seorang anak kepada orang tuanya. Nabi Ismail AS. sangatlah mencintai orang tuanya (Nabi Ibrahim AS.) sampai-sampai rela akan dikurbankan oleh ayahandanya. Atas dasar cinta pertama seorang anak, Allah swt. menggantikan kurban tersebut dengan domba dari surga.

#Kebenaran
Bagikan ke

Artikel Lainnya